
MUARAENIM | KabarSumatera.Com – Perilaku sejumlah anggota parlemen yang terjerat kasus korupsi, sedikit banyak berdampak pada sikap sebagian anak muda, yang kemudian menganggap politik itu kotor. Tak semuanya penilaian anak muda yang demikian itu benar. Tak juga bisa disalahkan. Sebab politik hanya alat. Sementara, didalamnya ada para pelaku politik.

Menyikapi pro kontra penilaian itu, Dokter Derisman Akbar Tanjung, salah satu calon legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Muara Enim Dapil 2 (dua) nomer urut 1 dari Partai Nasdem Muaraenim ini menyampaikan, rakyat harus menyambut gembira dan suka ria terhadap pesta demokrasi, termasuk kalangan muda.
“Politik haruslah kita sambut dengan suka ria dan kegembiraan. Anak muda khususnya jangan anti politik, karena segala keputusan di pemerintahan ditentukan oleh politik,” ungkapnya kepada awak media, Jumat (23 Juni 2023)
Dalam perhelatan demokrasi, menurut Derisman, anak muda harus ikut menentukan kebijakan dan arah negara, dalam hal ini pemerintah Kabupaten Muaraenim di masa mendatang. Satu diantaranya dengan masuk parlemen, sehingga anak muda dapat ikut serta menentukan kebijakan politik.
Pemuda hari ini pemimpin hari esok
“Anak muda harus lantang bersuara. Maka melalui partai politik inilah tempatnya untuk menyampaikan aspirasi, sekecil apapun. Karena kita harus selalu ingat pepatah mengatakan bahwa, Pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok,” ujar Derisman, mengutip salah satu syair arab (Subbanul Yaumi, Rijaalul Ghoddi).
Oleh sebab itu, Derisman menegaskan, anak muda hari ini punya tanggungjawab moral terhadap masa depan bangsa. Baik dan buruknya arah bangsa, menurut Derisman sangat ditentukan moralitas anak muda hari ini.
“Bahwa tanggungjawab suatu bangsa ada di tangan pemuda. Hancurnya suatu bangsa akibat hancurnya akhlak pemuda,” ujar mantan Gubernur Mahasiswa Fakuktas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung tahun 2013.
Oleh sebab itu, Derisman mengajak kaum muda untuk masuk dalam gerakan perubahan, agar negeri ini di masa mendatang akan menjadi lebih baik.
gerakan perubahan
“Mari sama-sama kita menuju kepada gerakan perubahan yang lebih baik dari hari kemarin,” ujar dokter yang juga alumni pondok pesantren ternama di Indonesia ini.
Pada kesempatan lain, Derisman menyatakan dalam menjalankan proses politik tidak boleh menghalalkan segala cara. Semua yang diinginkan harus dengan cara yang baik.
“Dalam menghadapi pesta demokrasi yang kita harapkan adalah menjadikan kita untuk benar-benar mengerti dan paham, dalam berpolitik kita tidak boleh menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang kita inginkan,” ungkap pemuda asal Simpang Tanjung ini.
adu gagasan
Dalam berpolitik, menurut Derisman yang dikedepankan adu gagasan yang bisa memberi manfaat untuk rakyat. Oleh sebab itu, Derisman mengingatkan kepada para calon pemilih harus mengenal caleg yang akan dipilih, terutama caleg yang memiliki gagasan terbaik untuk rakyat.
memiliki kekuatan finansial
“Politik adalah ajang adu ide, gagasan, pikiran untuk mewujudkan hal-hal yang bermanfaat untuk rakyat banyak,” tegasnya.
Terpisah, Dhaby K Gumayra, SH, salah satu caleg dari Partai Gerindra Sumsel menilai, adu gagasan dalam proses politik bagi setiap caleg menjadi hal penting. Sebab, dari ide dan gagasan itu, akan menjadi salah satu ukuran kualitas caleg yang akan duduk di kursi parlemen.
Namun faktanya, melihat realitas politik hari ini, ide dan gagasan, sejak dirinya mulai masuk partai politik di tahun 2004, para caleg masih menempatkan uang menjadi hal utama.
“Ini memang sangat konvensional, ya. Artinya setiap caleg hari ini, kalau ditanya bukan pada gagasannya, tetapi ada berapa duit yang disiapkan untuk pencalegan. Memang ini alasan klise, tetapi begitulah faktanya hari ini,” tegas Dhaby, pekan silam saat melakukan talkshow di youtube chanel detiksumsel.
menerima uang dari caleg
Oleh sebab itu, diantara caleg yang akan duduk di kursi parlemen, Dhaby memperkirakan tetap saja orang-orang yang memiliki kekuatan finansial. “Bahwa diantara mereka ada yang memiliki gagasan yang baik itu ada juga, tetapi menurut saya, di era ini orang-orang yang bakal duduk di parlemen masih orang yang punya kekuatan finansial,” ujarnya.
Realitas ini, menurut Dhaby sebagai bentuk nyata masyarakat di negeri ini masih didominasi oleh kemiskinan. Sebab, menurutnya, tidak ada orang kaya yang akan menerima uang dari caleg untuk meminta dipilih.
“Kalau politik uang, maksud saya kalau uang masih menjadi kekuatan dalam pencalegan, ya ini sebagai bukti bahwa di negara kita ini masih banyak yang miskin, karena mereka masih mau menerima uang dari para caleg untuk minta dipilih,” tegasnya.
TEKS : ESA/IMRON | FOTO : NET
